Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat Ammatoa dari Perspektif Interaksionisme Simbolik
DOI:
https://doi.org/10.26618/jko.v3i1.9078Keywords:
Interaksionisme simbolik, hutan, makna, dan masyarakat adat AmmatoaAbstract
Abstrak
Salah satu identitas yang melekat pada masyarakat adat Ammatoa adalah hutan. Bagi masyarakat adat Ammatoa, hutan dimaknai sebagai ibu yang harus dirawat dan dilestarikan. Makna yang melekat pada fungsi hutan sebagai penghubung antar Tuhan dan leluhur, ekologi dan sumber kehidupan merupakan bentuk Interaksionisme simbolik masyarakat adat Ammtoa antar sesama komunitas dan di luar komunitas masyarakat mereka yang bersumber dari pasang ri Kajang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna hutan bagi masyarakat adat Ammatoa melalui perspektif interaksionisme simbolik. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Studi Pustaka (Library Research). Sumber data penelitian menggunakan penelitian terdahulu. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi masyarakat adat Ammatoa, hutan merupakan esistensi yang dibentuk oleh produk masa lalu yaitu Pasang ri Kajang (lingkungan dan adat) yang harus dirawat dan dilestarikan keberadaannya di masa sekarang dan di masa depan agar fungsi hutan sebagai penghubung antar leluhur dan Tuhan, sebagai sumber kehidupan dan ekologi tetap terjaga eksistensi dan realitasnya. Makna hutan sebagai ibu dijadikan sebagai mekanisme atau alat control tindakan dan perilaku mereka agar hutan tetap terjaga kelestariannya. Makna hutan merupakan hasil dari interaksi simbolik yang dipelajari oleh masyarakat adat Ammatoa bersama komunitasnya secara kolektif, sadar dan turun temurun. Makna hutan dikomunikasikan oleh masyarakat adat Ammatoa baik secara individu, kelompok social dan masyarakat sehingga membentuk suatu pemahaman dari masyarakat umum tentang betapa berharga dan bernilainya hutan bagi masyarakat adat Ammatoa.References
Adriyani, A. (2018). Ekoliterasi: Pendidikan Kontekstual Dan Pelestarian Lingkungan Dalam Masyarakat Adat Ammatoa Kajang. Universitas Gadjah Mada.
Akib, Y. (2008). Ammatoa: Komunitas Berbaju Hitam. Pustaka Refleksi.
Aksan, N., Kısac, B., Aydın, M., & Demirbuken, S. (2009). Symbolic interaction theory. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 1(1), 902–904. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2009.01.160
Disnawati. (2013). Penerapan Prinsip Hidup Kamase-Masea Masyarakat Adat Ammatoa Kajang, Bulukumba Sulawesi Selatan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 8(1), 83–90. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/sabda.8.1.83-90
Hafid, A. (2013). Ammatoa: dalam Kelembagaan Komunitas Adat Kajang (Raodah (ed.)). De La Mac ca.
Häggström, M. (2019). Being in the forest—A matter of cultural connections with a natural environment. Plants People Planet, 1(3), 221–232. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/ppp3.10056
Imah, M. T., & Purwoko, B. (2018). Studi Kepustakaan Penerapan Konseling Neuro Linguistic Programming (NLP) Dalam Lingkup Pendidikan. Jurnal BK UNESA, 8(2). https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/23121/21158
Irianto, A. M. (2020). Interaksionisme Simbolik: pendekatan Antropologis Merespons Fenomena Keseharian. Gigih Pustaka Mandiri.
Khan Academy. (2014). Symbolic Interactionism, Society and Culture. Youtube.com. https://www.youtube.com/watch?v=Ux2E6uhEVk0
Kreye, M. M., Adams, D. C., Ghimire, R., Morse, W., Stein, T., & Bowker, J. M. (2017). Forest Ecosystem Services: Cultural Values. General Technical Report (GTR), 11–30. https://www.fs.usda.gov/treesearch/pubs/55474
Laird, S. A. (1999). Cultural and Spiritual Values of Biodiversity (pp. 347–397). Intermediate Technology Publications. https://www.researchgate.net/publication/300255318_Forests_Culture_and_Conservation
Mulyana, D. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Musi, S., & Fitriana. (2019). Pola Komunikasi Ammatoa dalam Melestarikan Kearifan Lokal Melalui Nilai Kamase-Masea di Kajang. Jurnal Komodifikasi, 7(2), 257–290.
Ritter, E., & Dauksta, D. (2013). Human–forest relationships: ancient values in modern perspectives. Environment, Development and Sustainability, 15(3), 645–662. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s10668-012-9398-9
Sofiah, R., Suhartono, & Hidayah, R. (2020). Analisis Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat (Stm) Sebagai Model Pembelajaran: Sebuah Studi Literatur. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 7(1), 1–18. https://doi.org/https://doi.org/10.25134/pedagogi.v7i1.2611
Syarif, F. K. (2021). Peran Masyarakat Adat Dalam Pelestarian Hutan. Wanaswara. https://wanaswara.com/peran-masyarakat-adat-dalam-pelestarian-hutan/
Tika, Z., Embas, M., Kasim, M., & Rosdiana. (2013). Ammatoa. Lembaga Kajian & Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan.
Umiarso, & Elbadiansyah. (2014). Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik Hingga Modern. Rajawali press.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who submit manuscripts to the Jurnal Komunikasi dan Organisasi (J-KO) fully understand and agree that, upon acceptance for publication, the copyright of the article shall be transferred to the Jurnal Komunikasi dan Organisasi (J-KO) and the Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Muhammadiyah Makassar, as the journal's publisher. Authors are required to submit a signed Copyright Transfer Agreement as part of the publication process. It can be downloaded: Click Here