UNSUR-UNSUR SENI RUPA DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT PURWA

Authors

  • ANDI BAETAL MUKADDAS Universitas Muhammadiyah Makassar

DOI:

https://doi.org/10.26618/jh.v1i1.11784

Keywords:

Unsur-unsur seni rupa, pertunjukan wayang kulit

Abstract

Unsur seni rupa dalam pertunjukan wayang kulit purwa harus dipahami peranannya. Sebagai mana diketahui bahwa sebuah gubahan seni rupa terdiri dari perangkat teraga dan tidak teraga. Perangkat teraga merupakan unsur kasat mata dari seni rupa yang langsung dapat dinikmati oleh mata penikmat antara lain: garis, warna, nada, tekstur, ruang, bentuk  dan  titik. Sedangkan perangkat tidak teraga adalah perulangan unsur-unsur secara terus menerus dan teratur.Perangkat tidak teraga ini antara lain: irama, gradiasi, keseimbangan, perbedaan/kontras, keselarasan/harmonis, keanekaragaman, klimaks, kesesuaian/format dan kesatuan. Bila kita mengamati sebuah pertunjukan wayang kulit purwa swcara jeli,maka akan nampak pada kita beberapa elemen-elemen dasar komposisinya (gerak,desain panggung dan sebagainya ) yang diwujudkan dalam ruang pentas sebagai unsur-unsur teraga seni rupa. Gerak-gerakan wayang yang dilakukan oleh sang Dalang akan Nampak pada pemirsa sebagai bentuk garis dalam ruang panggung. Bentuk garis tersebut tercermin oleh gerakan boneka wayang yang dilakukan oleh sang dalang baik berupa garis lurus,irama dan garis gerigi. Garis tersebut terbentuk berdasarkan adegan yang sedang dipertunjukan. Disain dramatic yang didukung oleh disain music,dinamika dan tema turut membantu terciptanya perangkat teraga seni rupa di panggung.Piranti dipanggung baik yang digunakan oleh pendukung acara maupun alat yang dijadikan sebagai media,akan kita lihat perangkat teraga seni rupa berupa,warna,tekstur dan nada.

References

Artik. (2012), Peran Wayang Kulit Dalam Penguatan Kebudayaan Nasional. Jurnal. Semarang: IKIP Veteran Semarang

Bahari, Nooryan. (2008), Kritik Seni, Wacana Apresiasi Dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Duli, Akin dan Hasanuddin. 2003. Toraja Dulu dan Kini. Makassar : Pustaka Refleksi.

………………………2003. Kegunaan Cerita Rakyat Sawerigading, La Galigo Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia, Makassar : 203 Pusat Studi La Galigo Divisi Ilmu Sosial dan Humaniora Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan, Yogyakarta : Kanisius.

Haryanto, S. 1991. Seni Kriya Wayang Kulit: Seni Rupa, Tatahan, dan Sunggingan. Jakarta: Djambatan.

Holt, Claire. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia, Terjemahan R.M. Soedarsono, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Kaplan David dan Manners. Robert A. 2002. Teori Budaya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mukhlis, Paeni. 2009.Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mulyono, Sri. 1982. Wayang Asal-usul Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta: Gunung Agung.

Nurgiyanto, Burhan. (1998), Transformasi Unsur Pewayangan Dalam Fiksi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sunardi. 2014. Nuksma dan Munguh Konsep Dasar Estetika Pertunjukan Wayang. Surakarta: ISI Press

Sumandiyo, Hadi. Y. 2000, Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta : Yayasan untuk Indonesia.

Downloads

Issue

Section

Articles